Karakteristik Sya’ir Ibnu Hani
Biografi Sastrawan Arab
Karakteristik
Sya’ir Ibnu Hani
Di dalam syiir Ibnu Hani hanya tampak emosi yang kuat
ketika beliau menulis syair yang bertemakan keagamaan. Khususnya mengenai kepemimpinan
Syiah. beliau terlalu bersemangat dalam memuji pemimpin Syiah, sehingga
terkadang beliau tidak terlalu menghiraukan keindahan syiirnya. Ibnu Hani
adalah penyair yang lebih memperhatikan keindahan lafadz daripada makna. Hingga
ketika Abu Alaa’ mendengar syiir Ibnu Hani ia berkata, “dan tidak ada penyair
yang menyamai kemampuannya dalam membuat syiir dengan keindahan lafadznya
Oleh karena
kefanatikannya, Abu Alaa’ kurang memperhatikan bahwasannya syiir Ibnu Hani’
memiliki banyak keburukan. Seperti kekufuran dan rusaknya akidah. Akan tetapi
keburukan tersebut tidak membawa mudharat bagi sang penyair, karena
kesenian yang indah tidak bisa dibandingkan dengan kebenaran akidah
seseorang dan kebaikan syiirnya
a.
Sya’ir
Ibn Hani’ mempunyai kejelasan dan ekspresi yang kuat
b.
Mempunyai
penekanan makna yang mudah difahami
c.
Terdapat
kemurahan hati dalam memberikan pujian, kekuatan keluarganya, dan bagus wataknya
d.
Tidak
terdapat kepura-puraan dan sebagian sya’irnya tidak jauh dari majas isti’arah
dan tasybih.
e.
Berkaitan
dengan penyiaran agama, sehingga banyak bait-bait sya’irnya yang
mengandung ayat-ayat Al-qur’an.
[Baca
juga: Ibnu Zaidun]
Adapun aghrad-aghrad syi’ir dalam
diwan Ibn Hani’ adalah sebagai berikut:
1.
Madh
(Pujian)
Sesungguhnya qasidah madh dalam syiir Ibn Hani’ untuk khalifah Mu’iz
paling mendominasi dibanding qasidah madh yang lain. Salah satu contoh syiir
madh yang ditujukan untuk Mu’iz Liddinillah berjudul هذا أمين الله
2.
Ritsa’
(Ratapan)
Di dalam syiir ratapan tersebut berisi tentang kematian dan
tangisan. Didalam diwannya terdapat dua qasidah panjang. Yang pertama ditujukan
kepada anak dari Ibrahim bin Ja’far bin Ali dan yang kedua ditujukan kepada
orang tua Yahya Ibnu Ali yang orangtuanya meninggal.
3.
Hija’(celaan/hinaan)
Hija’ adalah syiir
yang berisikan tentang hinaan, celaan. Namun seperti yang kita ketahui bahwa
penyair ini kebanyakan menulis syi’ir dengan tema madh (pujian) dan jarang
sekali beliau menulis syi’ir yang bertemakan hija’. Oleh karena itu kita hanya
menemukan satu qasidah hija’ didalam diwannya.
4.
Ghazal (rayuan)
Salah satu tujuan syiir Arab adalah ghazal. Syiir ghazal
adalah sebuah puisi yang berisikan rayuan untuk seorang wanita. Seperti yang
telah kita ketahui Ibnu Hani’ adalah seorang penyair yang telah menulis banyak
sekali qasidah madh. Akan tetapi dalam bidang ini, ghazal yang ditulis
oleh Ibnu Hani’ adalah Ghazal taqlidy. Dan hanya terdapat sedikit sekali
syiir Ibnu Hani (dalam diwan ini) yang bertemakan Ghazal.
5.
Washf (pendeskripsian) [Baca juga: KEHIDUPAN
UMRU’UL QAIS]
Sesungguhnya deskripsi tentang
keindahan alam di Andalusy yang sudah biasa ditulis pada syi’ir-syi’ir
kesusastraan Andalusy tidak kita temukan dalam syiir Ibn
Hani’. Karena Ibn Hani’ hanya menghasilkan syiir-syiir yang dituliskan untuk
Mu’iz dan lain sebagainya mengenai dinasti Fatimiyah. Maka dari itu, ia mendeskripsikan
kuda yang ditunggangi Mu’iz untuk berperang yang mana peperangan tersebut dapat
ditaklukkan oleh Mu’iz. Sehingga qasidah tersebut bukan hanya berisi tentang
washf, akan tetapi juga berisi madh yang ditunjukkan untuk Mu’iz
1.
Madah : syair-syairnya mengandung
banyak pujiannya terhadap khalifah
al-muiz dari pada pujian terhadap yang lain
2.
Ratsa’ : syair yang berisi tentang
ratapan, terdapat dua qasidah yang
panjang yang bertema ratsa’ di dalam diwannya, salah satunya tertuju pada ibrahim bin ja’far bin ali
3.
Hija’ : ibnu hani’ mrupakan penyair yang
disibukkan oleh syair-syair madah sehingga jarang sekali ditemukan syair yang
bertujuan hija’ ( cacian ), kami hanya menemukan satu syair yang bertemakan
hija’ pada syairnya
4.
Ghazal : ibnu hani’ jarang
menggunakan syair ghazal.
Beliau meninggalkan sejumlah karya dalam
bidang sastra. Salah satu karyanya adalah kitab “ Syarhu Al-Tashil.
Ø Ada 3 Penyair dan
sastrawan yang terkenal pada masa pemerintahan Abbasiyyah ketiga ini, yaitu:
- Abu Thoyyib al-Mutanabby,
- Abu Farasy al-Mahdany, Ibn Hani’i al-Andalusy
Baca juga:
Belajar Bahasa Arab Pemula
Komentar
Posting Komentar