CONTOH SYI’IR UMRU’UL QAIS



Biografi Sastrawan Arab
CONTOH SYI’IR UMRU’UL QAIS
Puisi Umru’ul Qais banyak yang hilang, dan yang tersisa hanya sebagian kecil yang terselamatkan, yaitu kurang lebih ada 25 kasidah. Kasidah tersebut pernah dicetak pertama di Paris tahun 1838, cetakan kedua dilengkapi dengan penjelasannya yaitu di Mesir tahun 1865, cetakan ketiga yaitu pada tahun 1890 di Mesir. Cetakan terakhir diterjemahkan kedalam bahasa latin dan bahasa Jerman dengan 3 puisinya yang terkenal, antara lain :
قِفاَ نَبكِ من ذِكرى حَبِيبٍ و مَنزِلٍ       *       بِسِقطِ اللوَى بينَ الدخُول فَحَومل
الاعِمْ صَباحاً ايُّها الطّللٌ البالى          *        وَهلْ يَعِمَنْ مَنْ كانَ في العُصرِ الخالى
            خَليْليَّ مُرًّ بينَ على أُمِّ جُنْدُبٍ           *          لِتَقضَى لباناتِ القُؤاد المُعَدَّبِ
“Marilah kita berhenti sejenak, dan meratapi kekasih di daerah Syiqtulliwa, yaitu kota yang terletak antara kota Dakhul dan Haula. Karena kota tersebut dalam benakku mengandung makna khusus untuk mengenang peristiwa penting dan kenangan abadi yang terjadi antara saya dan kekasih saya.
Hai tempat yang dahulu, lamakah masa pagimu, apakah si penghuni sekarang juga masih tetap seperti penghuni dahulu sebagaimana saya ketahui itu.
Kekasihku dulu bernama Umi Jundub, marilah kita semua berhenti sejenak di bekas tempat tinggalnya itu sebagai pelipur lara dan penghibur hatiku yang sedang duka.”[Baca juga: Hubungan Kondisi Sosial Politik Pada Syair al A’sya]

أَفاَطِمُ مَهْلاً بَعْدَ هذاالتَّذَلُّل      *      وَإِنْ كُنْتِ قَدْ أزْمَعْتِ صَرْمى فأَجْمِلىْ
أغُرُّكِ مِنِّى أنَّ حُبّك قَاتِلِىْ     *     وَإنّكَ مَهْماَتأمُرِىْ القَلبَ يَفعَلِ

“Hai Fathimah, tunggulah sebentar, coba dengarkanlah kata-kata ini, apakah kau akan memutuskan cintaku ini, setelah kau mencintaiku dengan sepenuh hati?
Apakah kau merasa tertipu dengan cinta yang kuberikan kepadamu itu? Itulah yang menyebabkan hatiku gundah dan putus harapan, katakanlah dengan terus terang wahai kekasihku, apakah dinda merasa tertipu?” [Baca juga: Ibnu Syuhaid]

وَلَّيلِ كَمَوْجِ البَحْرِ أرْخَى سُدُوْلهُ     *    عَلَيَّ بِأَنْواعِ الهُمُوْمِ لِتَبْتَلى
فَقُلت لهُ لَمّاَ تَمَطَّى بصلّبهِ             *     وَأرْدَفَ إعْجازاً وَناَءَ بكَلّكَلِ
ألاأيُّهاَ اللّيْلُ الطويلُ ألاَانجَل          *     بصبحِ وَماَ الإصباحُ مِنْكَ بأمْثلِ
 فَياَلكَ مِنْ لَيْلٍ كَأَنَّ نُجُوْمَهُ            *     بكُلِّ مَغاَرِالفتلِ شُدَّتْ بيَذْبَلِ

“Malam bagaikan debur ombak lautan yang menggelarkan airnya, saya merasakan musibah beban saya yang makin berat, terus-menerus dan bertubi-tubi tanpa henti-hentinya, apakah dengan musibah itu saya masih bisa menunjukkan kesabaran atau saya malah tidak tabah bahkan selalu ketakutan?
Setelah saya memperkirakan bahwa beban musibah itu hampir usai, namun perkiraan saya itu meleset, jadi musibah bukan usai tetapi malah makin menjadi-jadi dan sayapun makin terseok-seok kepenatan.
Oleh karena itu, maka saya katakan pada malam yang gelap, “Hai malam percepatlah perjalananmu segera selesaikan tugasmu, agar kegelapanmu cepat hilang, dan beban pikiranku yang kacau balau cepat berganti dengan kejernihan dan keindahan sinar pagi. Saya mengira pagi lebih baik daripada kegelapan malam.
Namun ternyata perkiraanku meleset juga, sinar pagipun tidak membawa kecerahan, ketenangan, dan keamanan, kedukaanku terus bertambah siang dan malam.”




Komentar

  1. Online Casino Apps in South Korea
    What you need to know about 인카지노 the legal kadangpintar gambling industry in South Korea. Learn about current laws and 메리트 카지노 best ways to gamble. Start gambling now

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibnu Zaidun

Karakteristik Sya’ir Ibnu Hani