Ali Ahmad Bakathir



Biografi Sastrawan Arab
Ali Ahmad Bakathir

Kehidupannya

Ali Ahmad Bakathir merupakan seorang sastrawan Arab yang lahir di Surabaya pada tahun 1910. Tatkala Ali berusia delapan tahun, ayahnya mengirimya kepada adik-adik ibunya yang berada di kota Sewun, Hadramaut. Untuk tinggal dan belajar bahasa Arab dan agama islam. Ali tinggal bersama mereka dalam waktu yang lama dan belajar dari mereka serta guru-guru lain dari berbagai ilmu.
Ketika berumur 13 tahun Ali mulai tertarik untuk belajar, menghafal dan membuat syair-syair Arab. Ia hafal banyak sekali syair-syair Arab klasik. Ia begitu tertarik dengan Al-Mutanabbi yang digelari sebagai penyair Arab terbesar sepanjang sejarah. Al-Mutanabbi telah mempengaruhi jiwa kepenyairannya.
Tatkala istrinya wafat, ia pun pergi meninggalkan Hadramaut menuju Aden dan menetap disana untuk beberapa waktu. Kemudian ia pergi berkelana di sekitar pantai timur Afrika: menuju Somalia, Ethiopia dan kota-kota sekitarnya. Namun, ia tidak mendapatkan apa yang dicarinya. Kemudian ia pun kembali berkelana ke Hijaz dan menetap disana selama kurang lebih setahun. Di Makkah, Madinah dan Thaif saat itu tengah terjadi pertumbuhan sastra yang mekar dan bertiup dari Mesir dan Syam. Pertumbuhan itu berpengaruh pada para sastrawan muda disana.
Bakathir memiliki hubungan yang kuat dengan para sastrawan Hijaz. Disanalah ia berkenalan dengan Ahmad Syauqi dan Hafidz Ibrahim. Dari Ahmad Syauqilah ia mengenal drama syair. Ia amat tertarik dengan drama karena itu. Oleh karenanya ia terdorong untuk menulis drama syair.
Pada tahun 1934 Bakathir pergi ke Mesir dengan niat belajar bahasa Arab dan Islam di Al-Azhar. Namun setibanya di Kairo, ia merubah niatnya dan masuk di Universitas Kairo di Fakultas Sastra jurusan Bahasa Inggris. Ternyata pilihan Bakathir amatlah tepat, terbukti dari karya-karya sastranya yang ia tulis di kemudian hari yang mempertahankan arah islami dalam syair, drama dan novel. [Baca juga: Abul Qasim Muhammad bin Hani’]
Ketika berada di Kairo Ali Ahmad Bakathir dekat dengan ulama dan sastrawan Syiria, Muhibuddin Al-Katib pemilik Koran Al-Fath dan percetakan As-Salafiyah. Di Koran Al-Fath inilah ia memuat karya-karya syairnya. Dan di penerbit As-Salafiyah ia menerbitkan karya drama yang pertama. Ia menjalin persahabatan dengan para penyair Mesir seperti Abbas Mahmud Al Aqqad, Kamil Ash Shairafy dan Ibrahim Abdul Qadir Al Maziny. Para sastrawan Mesir mengagumi kepenyariran Bakathir serta kemampuan satranya. Selanjutnya ia menjalin hubungan persahabatan yang luas dengan para sastrawan dan ulama Arab, antara lain Is'af An Nasyasyiby (Palestina), Badr Syakir As Sayyab (Irak), 'Alal Al Fasy (Maroko), Al Fudhail Al Waratlany (Aljazair), dll.
Bakathir banyak mempublikasikan karya-karya sastranya di berbagai majalah Arab, antara lain majalah "At Tahdzib" yang diterbitkan sendiri oleh Bakathir bekerjasama dengan pada sastrawan Sewun di Hadramaut. Nama majalah ini menyiratkan arah reformasi yang ditempuh Bakathir semenjak masa dini dari kehidupan sastranya. Sebagaimana karya-karya Bakathir diterbitkan oleh majalah dan koran: Al Wady, Al Ma'rifah, Al Fath, Ar Risalah, Ats Tsaqafah, Al Usbu', Appolo, Ar Risalah Al Jadidah. Dimana kesemua majalah dan koran diatas merupakan acuan terpenting dalam study syair-syair beliau.
Bakathir aktif turut serta dalam kegiatan kebudayaan di Mesir. Ia adalah anggota Komisi Syair dan Cerita pada Dewan Tinggi Pemerhati Seni, Sastra dan Ilmu Sosial. Ketika dikeluarkan undang-undang spesialisasi sastrawan, Bakathir adalah orang pertama yang memperoleh beasiswa spesialis sastrawan selama dua tahun. Dan masa dua tahun ini merupakan masa kecemerlangan sastra Arab dan sejarah Islam. Dalam dua tahun itu Bakathir telah menulis perjuangan besarnya dalam sejarah Khalifah Umar bin Khattab. Karyanya itu sebanyak sembilanbelas jilid yang menggambarkan sisi-sisi kecemerlangan Khalifah Umar yang memiliki pengaruh mendalam dalam sejarah Islam.
Bakathir sering mengunjungi Perancis dalam misi study umum dimana ia membaca karya-karya sastra Perancis pada tahun 1954 dan 1956. Lalu Rumania dan Uni Soviet sebagai anggota delegasi sastrawan Mesir yang mendapat undangan persatuan penulis Rumania dan persatuan penulis Soviet. Pada tahun 1958 ia mewakili Republik Persatuan Arab dalam konferensi penulis Asia Afrika pertama di Tashkent.

Beberapa Karya Bakathir

Doktor Najib Al Kailany, salahseorang perintis sastra Islam di Mesir, pernah menceritakan tentang pembicaraannya dengan Bakathir. Semua Bakathir ingin menjadi seorang ahli Hadits. Karena itu ia mendalami ilmu hadits, riwayat dan derajat Hadits. Ia telah melangkah jauh dalam ilmu Hadits, tapi ternyata kemudian takdir membawanya menuju sastra.
Bakathir telah mempersembahkan tidak sedikit karya sastra yang terkait erat dengan nilai-nilai Islam, sejarah Islam dan tokoh-tokoh Islam yang memiliki peran dalam persistiwa-peristiwa besar.
Ia termasuk tokoh yang turut serta dalam mendirikan "Lajnatun Nasyr Lil Jami'iyin" atau Komite Penerbitan Untuk Universitas di Mesir bersama dengan tokoh-tokoh sastrawan terkemuka Mesir Abdul Hamid Jaudah As Sahhar, Naguib Mahfouz, Sayyid Qutb, Muhammad Abdul Halim Abdullah, dll. yang berperan mencetak dan menerbitkan buku-buku sastra serta buku-buku sekolah dan memiliki penerbit "Maktabah Misr" di kawasan Al Fagallah yang terkenal. [Baca juga: Al- A’sya Ibn Qais]
Bakathir juga telah menerjemahkan karya-karya Shakespeare dalam usianya yang relatif muda. Ia menerjemahkan "Romeo dan Juliet" pada tahun 1937 dalam bentuk syair dan termasuk tokoh pertama yang memasukkan aliran syair moderen dalam satra Arab kontemporer. Karangan lain Bakathir yang terkenal adalah "Wa Islamahu" yang dicetak berulang-ulang dan menjadi teks wajib bagi sekolah-sekolah menengah di Mesir selama bertahun-tahun dan terkenal di mana-mana. Kisah ini menggambarkan era yang unik dari sejarah Islam dan kegigihan Islam dalm menghadapi agresi Tatar. Cairnya sektarian, nasionalisme, ras dan memunculkan tokoh Islam yang mampu menaklukkan tantangan dan pengkhianatan.
Setelah itu ia menulis kisah "Sirah Syuja'" yang hampir mirip dengan buku sebelumnya. Disamping menulis karya-karya teater islami kecil dalam satu atau dua babak yang khusus ia tulis untuk majalah-majalah mingguan dan bulanan.
Kemudian ia menulis "Harut dan Marut" yang--ceritanya berasal dari Al Qur'an—membahas kekuatan manusia, martabatnya, keuletannya dangan kemauan yang kuat dalam menghadapi kecenderungan hawa nafsu dan sikap tamak. Sebagaimana ia menulis "Isis dan Osiris" yang merupakan mitos Fir'aun dengan gaya moderen dan memunculkan kesetiaan rumah tangga (keluarga), ketinggian cinta manusia, kesabaran manusia dalam menghadapi takdir dan berbagai peristiwa dan kecemerlangan pemikiran dan spirit dengan kebebasan hakiki. Selanjutnya "Jalfadan Hanim" (berbahasa 'amiyah Mesir), "Hablul Ghasil" karya sandiwara komedi yang indah dan kaya dengan satire. Salah satu karya Ali Ahmad Bakathir yang mendapat banyak perhatian sastrawan Mesir ialah drama "Malik as-Sudan".
Baca juga: Belajar Bahasa Arab Pemula

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH SYI’IR UMRU’UL QAIS

Al- A’sya Ibn Qais

Ibnu Zaidun